Stabat (Humas), Seluruh siswa/i dan Dewan Guru MAN 3 Langkat berkumpul di tengah lapangan dan podium untuk melaksanakan kegiatan “Madrasah Berkisah”, Rabu (23/02). Seluruh warga MAN 3 Langkat dengan antusias berkumpul di lapangan untuk mendengarkan siswa/i yang akan menceritakan kisah tentang tokoh-tokoh teladan dalam Islam.
Pada penampilan “Madrasah Berkisah” kali ini, siswi yang tampil di podium adalah Ayu Maulina dari Kelas XII Agama 2, yang menceritakan kisah tentang ketangguhan seorang wanita mulia dalam Islam yang memegang teguh kebenaran dan keimanan dalam hatinya.
Mengawali kisahnya Ayu menyampaikan “Siti Masyitoh merupakan pembantu Raja Fir’aun pada masa Nabi Musa alaihi salam. Siti Masyitoh bertugas merawat putri Fir’aun. Di kalangan Istana Raja Fir’aun, ternyata ada beberapa pengikut Nabi Musa dan beriman kepada Allah SWT. Selain Masyitoh, juga ada Siti Asiyah yang tidak lain istri Raja Fir’aun. Ayu melanjutkan kisahnya, bahwa pada suatu hari Siti Masyitoh sedang menyisir rambut putri Fir’aun. Tak disangka, sisir tersebut terjatuh dari tangannya, maka Masyitoh pun mengambilnya sambil mengucapkan Bismillah, “Dengan menyebut asma Allah.” Ucapan Siti Masyitoh itu kemudian terdengar anak perempuan Fir’aun dan bertanya, “Sebutlah nama ayahku.” Masyitah berkata, “Tuhanku, Tuhanmu, dan Tuhan ayahmu adalah Dia.” Anak perempuan Fir’aun bertanya, “Apakah ada Tuhan selain ayahku?” Masyitoh berkata, “Benar. Tuhanku, Tuhanmu dan Tuhan ayahmu adalah Allah.” Maka Fir’aun memanggilnya dan berkata, “Apakah engkau mempunyai Tuhan lain selain diriku?” Masyitoh berkata, “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah Swt.”
Singkat cerita Fir’aun mengetahui tentang keimanan Siti Masyitoh dan mengancam akan menyiksanya, Siti Masyitoh tidak gentar terhadap ancaman Firaun. Ia tetap yakin Tuhan yang sesungguhnya hanyalah Allah, bukan Firaun, raja yang zalim. Pendirian Masyitoh semakin mempermalukan Firaun. Raja kejam itu memerintahkan peng awal segera melemparkan Masyitoh bersama anak-anaknya ke dalam minyak mendidih.
Kekuatan anaknya membuat keraguan Masyitoh hilang. Dengan yakin dan ikhlas kepada Allah, Masyitoh membaca, “Bismillahi tawakkal tu ‘alallah wallahu akbar.’’ Siti Masyitoh dan bayinya terjun ke minyak mendidih. Ajaib, begitu minyak panas menggerus raga orang-orang istiqamah itu tercium wangi yang sangat harum dari dalam kuali.
Allah telah membuktikan kepada hamba-hamba-Nya yang istiqamah. Ketika Masyitoh dan anak-anaknya dilemparkan satu persatu ke periuk, Allah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka sehingga mereka tidak merasakan panasnya minyak mendidih.