Stabat (Humas), Hari Rabu pagi di MAN 3 Langkat kali ini berbeda dari hari rabu sebelumnya, dimana mulai pekan ini di setiap hari rabu pagi MAN 3 Langkat melaksanakan kegiatan “Madrasah Berkisah” dimana siswa akan menceritakan kisah atau siroh Nabi Muhammad SAW. Para sahabatnya dan Tokoh-tokoh pejuang Islam dari masa ke masa.
Pada hari Rabu pagi ini, seluruh siswa/i dan Dewan Guru MAN 3 Langkat berkumpul di tengah lapangan dan podium menandai mulai dilaksanakannya kegiatan “Madrasah Berkisah”, Rabu (26/01). Seluruh warga MAN 3 Langkat berkumpul di lapangan untuk menyaksikan dan mendengarkan siswa/i yang akan menceritakan kisah tentang siroh Nabawiyah dan kisah tokoh pejuang Islam.
Siswa yang pertama tampil di podium adalah Muhammad Daffa Sidhqi dari Kelas XII IPA 1, yang menceritakan kisah tentang Tokoh Pejuang Islam yang sangat terkenal Muhammad Al-Fatih sang penakluk konstantinopel.
Dalam kisahnya Daffa menyampaikan “Sultan Mehmed II yang lahir pada 833 H (1429 M), Sultan Utsmani ketujuh dalam silsilah keluarga Ustman, bergelar Muhammad Al-Fatih dan Abu Khairat, memerintah kurang lebih selama 30 tahun dan berhasil membawa kebaikan dan kemuliaan bagi kaum muslimin. Dia diangkat menjadi penguasa daulah Ustamniah setelah kematian ayahnya pada 16 Muharram 855 H. Pada waktu itu umurnya baru 22 tahun (Ash-Shalabi, 2015:168),” ujarnya.
“Muhammad Al-Fatih percaya akan prediksi Nabi Muhammad SAW yang disabdakan dalam sebuah hadits yang artinya: “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam, pemimpinnya yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin, dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baiknya pasukan” (HR. Ahmad bin Hanbal). Dan pada akhirnya dia berhasil membuktikan sabda Rasulullah SAW tersebut,” tutupnya mengakhiri kisah Muhammad Al-Fatih.
Kemudian siswi yang tampil selanjutnya yaitu Chailla Sabrina dari Kelas XI Agama 1, yang menceritakan kisah tentang Aisyah Ra. Istri Rasulullah SAW.
“Aisyah dikenal sebagai perempuan cantik dan cerdas. Ingatannya kuat dan ia kritis dalam memandang suatu perkara yang terjadi di masanya. Sampai ia meninggal, Aisyah menyumbang riwayat sebanyak 242 hadis sebagai warisan pengetahuan Islam,” ujar chailla memulai cerita.
“Ia adalah istri kesayangan Rasulullah SAW dan kerap dijadikan sumber otoritatif terkait hadis dan pengetahuan fikih dalam Islam. Julukan terkenalnya adalah Al-Humaira, yang artinya kemerah-merahan. Dari julukan itu, Rasulullah menggambarkan bahwa kulit Aisyah putih dan pipinya kemerah-merahan,” sambungnya
Selain fisiknya yang cantik, Aisyah juga cerdas menyerap pengetahuan. Karena itulah, sahabat nabi Abu Musa Al-Asy’ari menyatakan: “Tidaklah kami para sahabat Muhammad SAW bingung dalam suatu hadis, niscaya kami bertanya kepada Aisyah, dan pasti kami dapati pengetahuan padanya tentang hal itu.”
Karena kecerdasan dan keistimewaan Aisyah itulah, Rasulullah menjadikannya sebagai sosok perempuan yang paling ia cintai dalam hidupnya. Hal ini tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Amr bin Ash ketika bertanya pada Nabi Muhammad: “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah”. “Kalau dari kalangan laki-laki?” tanya Amr lagi. Rasulullah menjawab: “Ayahnya [Abu Bakar],” (H.R. Bukhari dan Muslim).